Senin, Juni 30, 2008

Siklus


Berlari terus berlari
Sesekali berhenti, Menyapu air mata
Lalu terus berlari kembali

Mengelilingi hati dan nurani
Mengurai jiwa dalam kesempitan akal
Mengulurnya hingga menjerat kaki
Terjatuh, Lalu lepas lalu lari kembali

Memanjat dari tebing ke tebing
Melebarkan kedua tangan bak merpati
Ia menutup mimpi dengan matahari
Tak lama jatuh ke telaga
Walau sakit tapi sikit puaskan dahaga
Lalu bangkit kembali melawan malas
Dan berenang, Terbang entah kemana
Sebab puas masih bernyawa

Minggu, Juni 29, 2008

Lahan jiwa


Jiwa berbelah-belah semangka
Begitu merah membara
Memerah-merah laba-laba lara
Terias beku diatas meja
Dingin, Sedingin hujan
Menantang untuk di makan

Jiwa terbelah-belah belati
Tercecer tinggal elegi

Sabtu, Juni 28, 2008

Samudera bintang berbulan-bulan


Semampang bintang telah benderang
Seperti itulah rinduku bergemilang
Sepoi.......menyela hatiku
Tak peduli riuh disana menggelegar
Tak pandang tinggi gunung menjulang
Asal doamu membuntuti jalanku

Semampang samudera sesak oleh ombak
Seperti itulah cintaku merebak
Dari dahan ke dahan
Ranting ke ranting
Sampai akar hatiku
Tumbuh alami seperti jamur jerami
Merebak............
mengisi setiap jengkal mimpiku

Semampang bulan benar-benar bundar
Seperti itulah aku takkan ingkar
Ingkar pada janjiku
Ingkar pada cintaku
Atau,semoga tuhan menjauhkan dariku
Ingkar pada imanku

Searah jarum jam secerah rembulan
Aku mengerti makna dedaunan

Selasa, Juni 24, 2008

Menangislah


Berkali-kali air mataku nyaris tumpah
Saat aku mengeja satu kata
dari beberapa kalimatmu yang terkasat oleh mataku
Terdorong keras oleh getar hati di luar wajar

Adapun tak menetes
Itu hanya ego busukku yang membendungnya
Dan jiwa pun tersiksa
sebab berjuang keras tuk menyembunyikanya

Kapan air mataku ini bisa mengalir
Berkonvoi riang menuju muara
jumpai samudera dan memeluknya
Meloncat-loncat di sela-sela kaki langit
Memanjatnya dengan untaian doa
Yang mampu merobek-robek langit
Dan melontarkan aku jauh
Bersemayam mesra di atasnya

Jumat, Juni 20, 2008

Waktukan waktu


Pejamkanlah matamu
Ku akan berteduh di dalam otakmu
Hingga satu dari seribu kebingunganku terobati

Kosongkan hatimu
Hingga isinya tak lagi menenggelamkanku
Biarkan ku terdampar dan aku bisa bersandar

Ulur-ulurlah kemarahanmu
Sampai engkau mengerti
Kesabaran nurani

Dan janganlah
Kau ulur-ulur waktu yang membelit
Karena waktu juga
Akan menawarkan kesempatan
Agar kau lari darinya

Entah bagaimana


Kekasih...
Porak porakkanlah
Kepingan yg masih utuh
Dari wujudnya
Dari sifat dan maknanya
Menjadi partikel terkecil
Yang terserak merata
Sampai ia merintih
Memohon tuk di satukan
Menjadi kaca

Kekasih..
Koyak koyakkanlah
Rajut benang merah
Yang purna menjadi permadani
Sampai ahlinya runtuh
Tenggelam ke dasar keinginan
Biar ia kenal batu karang
Yang begitu melamanya
Ia rindu daratan

Pastilah hati


Dari balik awan
Arak-arakan Bidadari
Turun mengitari pelangi
Munyunggi berkah dari surga
Tawarkan harga
Yang tak terlampau mahal
Hanya hatilah maharnya
Hanya dengan hati
Pelaminan abadi kau dapatkan

Tirai Tajalli


Peluk hening mata ini
Sekejap saja untuk sementara
Walau kau tak singgah
Sibaklah tirai yg menutupi
Dari rona yang tersembunyi
Aku inginkan putih kanvas darimu
Seperti biasanya...
Sebagaimana aslinya...
Bukan hal yg di reka-reka

Gemulai


Duniaku bergemulai
Mulai meratap,Mulai menatap
Mulai bersedih,Mulai berselisih
Mulai tahta di mulyakan

Duniaku bergemulai
Mulai semua bergumul lalai

Beralak-galak pada semua
Tancapkan tudingan di ujung mata
Kanan,Kiri....
Yang masuk dalam logika
Logika....Logika
Logika dunia

Beranak-pinak ke yang lainya
Dari pangkal ke puncaknya
Dari telapak ke ubun ubunya

Duniaku bergelimang
Bergelimang gemulai
Bergemulai mulai..mulai..mulai

Sedikit bicara tentang cinta


Malam.....
Selalu membawaku disini
Kala hati tertegur kelu
Kala mata tertunduk layu

Seolah menyakinkan aku
Bahwa sepi
Adalah jelmaanmu

Ya....di sini...

Malam pun memaksaku
Untuk merindumu

Doaku menghampirimu


Apa kabar...
Tangkup waktu hari ini
Adakah keresahan di rundung senja
....sore tadi

Atau..........
Masih membara
Bahkan nian
Bongkahan asa
Yang selalu kau sulut mesra
Oleh rasa selama ini

Aku harap takkan binasa

Semoga semua tangkup
Menyulam mutiara
Dan terangkai indah
Menjadi kalung-kalung dunia

...........dan selebihnya

Kamis, Juni 19, 2008

Rizal Fauzi Akbar



Aku selalu bergelayut
Di antara langit dan bumi
Yang selalu silau menyibak matahari
Jua jijik merongrong lumpur di daratan

Aku pun selalu menangis
di antara persimpangan angin

Sebagai selongsong peluru yang tersisa
Aku linglung dan hampa
Hancur,bersama rentetan waktu yang melebur

Semoga.......
takkan pernah ku temukan
kegelisahan,kebingungan atau kebodohanku
Pada dirimu
karena aku kan selalu menyelamimu
 

enigma Blak Magik is Designed by productive dreams for smashing magazine Bloggerized by Ipiet © 2008